Seperti inilah kondisi korban penyintas bemcana yang keracunan makanam usai menyantap makanan berupa nasi dos pemberian orang tak dikenal yang diantarkan ke shelter pengungsi di Tipo.(foto:dok.Yahdi)
PALU, Sultengmembangun.com – Fakta keracunan makanan sejumlah 36 orang pengungsi anak-anak dan dewasa di Shelter Pengungsian Kapsul Kabonena dan Lapangan Mister Tipo, adalah fakta yg mengkonfirmasi lemahnya koordinasi Pemerintah Daerah terkait penanggulangan bencana di Pasigala.
Demikian disebutkan Yahdi Basma, Ketua PANSUS Pengawasan Bencana, atas kejadian Sabtu (19/1/2019). Disebutkan ada 36 korban bencana ini bak jatuh tertimpa tangga pula.
Muria, pengungsi asal Kelurahan Tipo mengatakan sebelum ikut menyantap nasi bungkus tersebut, dia sedang menjalani pemeriksaan kesehatan rutin oleh tim dokter. Ia juga dapat 2 (dua) bungkus dan makan bersama cucu. Setelah makan saya pergi mandi. Saat itulah saya merasa pusing, mual-mual dan muntah beberapa kali,” kata Muria.
Begitupula dengan cucunya bernama Viola. Setelah makan nasi bungkus juga muntah-muntah.
Muria menyebutkan didalam bungkusan terdiri dari nasi putih, ikan suir dan laksa.
“Memang ada aroma bau basi dari makanan itu. Tapi saya dan cucu tetap makan dua bungkus bersama cucu di tenda,” kata Muria lagi.
Pengungsi setempat tidak mengetahui identitas relawan yang menyumbanga nasi bungkus.
Koordinator Posko Lapangan Pengungsi Tipo, Olawanti mengaku hanya sempat melihat sebuah mobil jenis minibus warna hitam, berplat B (dinas), namun tidak melihat orang yang menyerahkan nasi bungkus sumbangan tersebut.
“Saya sempat buka itu nasi bungkus tapi karena bau basi, saya tidak makan,” kata Olawanti.
Kepala Kelurahan Tipo Muin Bahar mengatakan ada 146 kepala keluarga yang mengungsi di lokasi tersebut. 21 orang mengalami keracunan terdiri dari anak-anak dan dewasa. 3 (tiga) orang dirawat di Rumah Sakit Alkhairaat.
Wakil Direktur Pelayanan Medis RSUD Anutapura Herry Mulyadi mengatakan korban keracunan kini menjalani perawatan di ruang Unit Gawat Darurat.
“Ada pasien yang mulai membaik setelah mendapatkan perawatan. Tapi kita tetap terus merawat dan memantau perkembangan kondisi mereka,” kata Herry Mulyadi.
Yahdi Basma, Ketua PANSUS Pengawasan Bencana Pasigala saat dikonfirmasi membenarkan hal ini. “Menurut dr. Herry Mulyadi yg barusan saya telpon, besok pagi hasil Laboratorium atas bukti2 sisa makanan sudah bisa diterima untuk melihat jelas jenis keracunan bagaimana yg terkandung di makanan tsb, nasi, lauk dan mie laksa”, Yahdi meniru uraian dari Wakil Direktur Pelayanan Medis RS ANUTAPURA itu.
Fakta ini mengkonfirmasi buruknya penanganan pengungsi sebagai bagian penting dalam penanggulangan bencana. Kata Yahdi. “Jelas dalam PERDA Sulteng No.3/2013 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana di Pasal 76 ayat 7, Pemda mendorong dengan memfasilitasi partisipasi masyarakat yg empati dalam menangani pengungsi atau korban. Kita akan minta segera, apakah PEMDA punya listing data, siapa dan lembaga2 mana saja yg consern beri dukungan kebutuhan hidup bagi korban di Shelter2 Pengungsian selama ini. Dari mana lembaga/organisasi itu, bagaimana track record nya, dll. Jika DATA pun tidak ada, yaa memang miskoordinasi pastinya. Apalagi sy dengar bahwa mobil yg antar makanan tsb bernopol merah”, ujarnya.
“Ini harus diusut tuntas. Kita juga tegaskan, kepada para Relawan yg berempati, kepadanya kita ucapkan terimakasih, tapi selanjutnya beri bantuan sebaiknya bahan makanan mentah, misalnya beras, telur dll yg penuhi standar gizi. Dan Balai POM juga harus bekerja day to day” lanjut Yahdi Basma yg juga Anggota Komisi I Bidang Hukum & Pemerintahan ini.
REDAKTUR : NILA
Komentar