Pada kegiatan press release data strategis BPS Sulteng, yang berlangsung Jumat (1/3/2019), di ruang teleconfrence kantor sementara BPS.(F-nila)
PALU, Sultengmembangun.com – Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tengah, pada Februari 2019, Kota Palu mengalami deflasi
sebesar 0,29 persen.
Kepala BPS Sulteng, Ir.Faizal Anwar, M.T melalui Kabid Distribusi BPS Sulteng, G.A Naser, SE, MM, secara rinci menyebutkan ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya deflasi di Kota Palu. Namun secara garis besarnya, deflasi di palu sebesar 0,29 persen disumbang oleh adanya penurunan harga pada kelompok komoditas ikan basah.
“Beberapa komoditas utama yang memiliki andil terhadap inflasi antara lain ikan selar (0,19 persen), ikan bakar (0,06 persen), ikan layang (0,04 persen), ayam hidup (0,03 persen), beras (0,03 persen), sepatu (0,02 persen), SPP taman kanak-kanak (0,02 persen), shampo (0,02 persen), tarif
angkutan udara (0,01 persen) dan kangkung (0,01 persen),” jelas Nazer pada press release BPS Sulteng, Jumat (1/3/2019), di ruang vicon kantor sementara BPS Sulteng.
Secara umum, deflasi sebesar 0,29 persen yang terjadi di palu pada Februari 2019 antara lain karena dipengaruhi oleh turunnya indeks harga pada kelompok bahan makanan (1,82 persen), dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (0,35 persen). Sedangkan kenaikan indeks harga terjadi pada kelompok sandang (0,82 persen), kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga (0,54 persen), kelompok kesehatan (0,46 persen), kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,30 persen), dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan (0,04 persen).
Pada bulan yang sama, inflasi year on year Kota Palu mencapai 5,98 persen. Kenaikan
indeks year on year tertinggi terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 8,09 persen.
Deflasi Kota Palu sebesar 0,29 persen berasal dari andil negatif kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 0,38 persen dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,08 persen. Sementara andil inflasi berasal dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,07 persen, kelompok pengeluaran sandang sebesar 0,04 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,03 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,02 persen, dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,01 persen.
Untuk perolehan data inflasi/deflasi di bulan Februari 2019, secara nasional, ada sebanyak 13 kota mengalami inflasi dengan Inflasi tertinggi terjadi di Tual (2,98 persen), diikuti Pontianak (0,53 persen), Singkawang (0,49 persen), Maumere (0,48 persen), Batam (0,26 persen), DKI Jakarta (0,26 persen) dan kota-kota lainnya di bawah 0,25 persen. Sementara itu, ada 69 kota mengalami deflasi, dimana deflasi tertinggi terjadi di kota Merauke (2,11 persen), diikuti Tanjung Pandan (0,82 persen), Sorong (0,81 persen), Pare-Pare (0,78 persen) dan kota-kota lainnya di bawah 0,75 persen.
Dari 18 kota di wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua), selama bulan Februari
2019 tercatat 3 kota mengalami inflasi dan 15 kota lainnya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tual (2,98 persen), diikuti Ambon (0,15 persen) dan Kendari (0,03 persen).
Sementara deflasi tertinggi terjadi di Kota Merauke (2,11 persen), diikuti Sorong (0,81 persen), Pare-Pare (0,78 persen), Gorontalo (0,68 persen), Bau-Bau (0,63 persen), Watampone (0,60 persen), Manado (0,54 persen) dan kota-kota lainnya di bawah 0,50 persen.
” Untuk kawasan Sulampua, Kota Palu berada pada posisi ke-9,” jelas Nazer.(nila)
REDAKTUR : NILAWATI
Komentar