oleh

BKKBN Ajak Remaja Cegah Stunting

Bersinergi dalam mencegah stunting.(F-ist)

PALU, SM. Com – Berbagai upaya dilakukan oleh pihak BKKBN dalam mencegah stunting. Salah satunya dengan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya atau dampak negatip dari perkawinan anak.

Perkawinan anak kerap menimbulkan stunting. Itu karena ibu dari calon bayi belum siap dalam berumah tangga.

Kepala Perwakilan BKKBN Sulteng, Maria Ernawati menjelaskan bahwa peran BKKBN dalam pencegahan stunting melalui intervensi bina keluarga balita (BKB) dan intervensi program generasi berencana (GenRe).

” pola pencegahan BKB inilah yang diedukasikan kepada masyarakat terutama kepada pasangan menikah muda,” kata Erna,
pada virtual meeting yang dihadiri oleh kurang lebih 100 peserta yang didominasi oleh remaja di Palu, Jumat (20/11/2020).

Dijelaskan, Intervensi BKB meliputi penguatan parenting dan 1000 hari pertama kehidupan (HPK), pemberian pendidikan, komunikasi informasi edukasi (KIE), dan pola asuh dalam keluarga, promosi dan konseling inisiasi menyusui dini (IMD), dan air susu inbu (ASI) eksklusif, pemantauan tumbuh kembang di pos pelayanan terpadu (Posyandu) melalui kartu kembang anak (KKA), dan pemberian edukasi kesehatan reproduksi (Kespro).

BACA JUGA  Masa Recovery, SMK Negeri 7 Palu Terima Kunci 4 Ruang Kelas Baru (RKB) Siap Ditempati

Sedangkan inervensi melalui program GenRe meliputi pendidikan kespro di sekolah, pemberian edukasi gizi remaja, pembentukan dan penguatan pendidik sebaya/konselor sebaya baik dari jalur formal maupun informal dan optimalisasi keberadaan PIK R baik jalur Sekolah maupun masyarakat.

Erna menambahkan bahwa stunting merupakan masalah gizi yang kerap dialami balita. Namun faktanya, stunting bukan lagi menjadi isu yang hanya fokus pada ibu dan balita saja, pungkasnya.

Sementara itu, Ketua Indonesia Sport Nutritionist Association Dr. Rita Ramayulis, DCN, M.Kes mengatakan bahwa stunting adalah sebuah siklus. Siklus dimulai sejak remaja putri. Remaja putri adalah calon Ibu.

“Jika Calon Ibu punya asupan gizi yang kurang sejak remaja maka ia berisiko mempunyai anak kurang gizi dan si anak akan mencontoh pola makan ibunya dan terus berputar,” ungkapnya.

Masalah stunting harus menjadi kesadaran sejak remaja agar mereka menjaga asupan gizinya.

“Remaja putri disarankan untuk mengonsumsi tablet penambah darah seminggu sekali, satu tablet, di hari yang sama. Minumnya setelah makan dengan air putih. Tidak boleh bersamaan dengan susu, kopi, atau teh ya”, tambahnya ketika tampil sebagai pemateri utama pada webinar bertajuk Yang Muda Cegah Stunting, di acara webinar kali ini.

BACA JUGA  Pembukaan Pekan Olahraga HBA ke 62, Dimeriahkan Tiga Artis dari Jakarta

Rita mengingatkan untuk selalu sarapan pagi, pastikan selalu ada sayur dengan jumlah yang tepat pada setiap kali waktu makan utama, dan mengurangi makanan yang tinggi gula dan garam.

Terkait masalah stunting, Sulawesi Tengah masuk peringkat 10 besar di Indonesia.

Untuk itu peran semua lapisan masyarakat dalam pencegahan stunting sangat diperlukan. Salah satunya adalah kelompok remaja.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai, Dr. dr. Anang S Otoluwa, MPPM menjelaskan bahwa pemenuhan gizi pada 1000 HPK memiliki efek jangka pendek terhadap perkembangan otak, pertumbuhan masa tubuh dan komposisi badan, serta metabolisme, hormon, dan gen. Sedangkan efek jangka panjangnya berdampak pada kognitif dan prestasi belajar, imunitas, kapasitas kerja, dan penyakit serius lainnya seperti diabetes, obesitas, dan jantung.

“Yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting yakni mencegah perkawinan anak, keluarga berencana, kehamilan sehat, IMD, pemberian ASI ekslusif, pendidikan usia dini dan ikut posyandu prakonsepsi”, tegasnya.

Di akhir virtual meeting, Anang juga memaparkan bagaimana keseriusan pemerintah Kabupaten Banggai terhadap stunting adalah sebuah prioritas. Hal ini dibuktikan dengan Surat Keputusan Bupati Banggai tentang pembentukan tim gugus tugas Gerakan 1000 HPK di Kabupaten Banggai.

BACA JUGA  Elim Somba : Lulusan Untad Harus Mampu Jadi Akselor di Masyarakat

Komentar