Menurut BNN, narkoba (narkotika dan obat-obatan terlarang) adalah bahan/zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan/psikologi (pikiran, perasaan dan perilaku) seseorang, serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Narkoba terbagi terhadap 4 kelompok yaitu kelompok Cannabis, Amphetamine Type Stimulants (ATS), Opiad dan Tranquilizer.
Cannabis = marijuana/ganja dan hasish (getah ganja)
ATS = amphetamin, ekstasi, katinon dan shabu (methamphetamin)
Opiad = heroin (putau), morfin, opium, pethidin, codein, subutek/subuxon dan methadone
Tranquilizer = luminal, nipam, pil koplo, mogadon, valium, camlet, dumolid, kokain dan ketamin
Menurut survei yang dilakukan BNN pada tahun 2014, jenis narkoba yang paling sering dikonsumsi di Indonesia adalah marijuana, shabu, ekstasi dan heroin.
Jenis narkoba terpopuler di Indonesia
1. Ganja
Nama lain: cimeng, marijuana, gele, pocong
MarijuanaJenis-jenis Narkoba Di Indonesia dan Efeknya yang Mematikan adalah kata yang digunakan untuk menggambarkan bunga, batang, biji dan daun kering dari tanaman ganja, Cannabis sativa, tanaman yang mengandung zat pengubah akal sehat delta-9 tetrahydrocannabiol (THC) dan senyawa lain yang terkait.
Marijuana adalah obat terlarang yang paling umum digunakan di seluruh dunia termasuk Indonesia. Hasil survey oleh BNN memperlihatkan marijuana dengan konsumen tertinggi yaitu, pekerja sebanyak 956.002 orang, pelajar sebanyak 565.598 orang dan rumah tangga sebanyak 460.039 orang.
Orang-orang menggunakan ganja kering/marijuana dengan memasukannya ke dalam lintingan rokok atau ke dalam pipa (bong). Mereka juga terkadang mengosongkan tembakau pada rokok dan diisi dengan marijuana. Untuk menghindari asap yang dihasilkan, banyak orang yang menggunakan alat penguap (vaporizer) yang juga sering disebut bong. Alat ini dapat menarik zat-zat aktif, termasuk THC dari ganja dan mengumpulkan uap mereka di unit penyimpanan. Kemudian seseorang akan menghirup uap tersebut, bukan menghirup asap.
Efek marijuana
Efek jangka pendek
Ketika seseorang merokok ganja, THC akan cepat melewati paru-paru menuju aliran darah. Darah akan membawa bahan kimia tersebut ke otak dan organ-organ lain di seluruh tubuh. Tubuh akan menyerap THC lebih lambat ketika terdapat aktivitas makan atau minum. Oleh karena itu, pada umumnya pengguna akan merasakan efeknya setelah 30 menit hingga 1 jam.
THC bekerja pada reseptor sel otak tertentu yang biasanya akan bereaksi terhadap zat alami yang mirip dengan THC di dalam otak. Zat-zat tersebut memiliki peran dalam perkembangan dan fungsi otak. Ganja akan memaksakan fungsi bagian otak yang mengandung jumlah tertinggi pada reseptor tersebut. Hal ini akan menyebabkan pengguna merasakan “high” dan beberapa efek lainnya seperti:
Perubahan indra
Perubahan kesadaran terhadap waktu
Perubahan mood
Gerakan tubuh terganggu
Kesulitan berpikir dan memecahkan masalah
Memori terganggu
Efek jangka panjang
Marijuana juga mempengaruhi perkembangan otak. Ketika seorang remaja menggunakan ganja, maka ia akan merasakan penurunan daya pikir, memori, dan fungsi belajar serta mempengaruhi kinerja otak. Efek ganja pada masalah tersebut akan betahan lama atau bahkan permanen.
Selain itu, ganja juga dapat menyebabkan efek fisik dan mental seperti:
Gangguan pernapasan. Asap ganja dapat membuat iritasi pada paru-paru yang menyebabkan batuk berdahak, sakit paru-paru hingga infeksi paru-paru.
Meningkatkan denyut jantung. Marijuana dapat meningkatkan denyut jantung setelah 3 jam merokok. Hal ini dapat menyebabkan serangan jantung.
Masalah perkembangan anak saat dan setelah kehamilan. Penggunaan ganja semasa kehamilan dapat mempengaruhi otak dan perilaku pada bayi.
Halusinasi, paranoia dan berpikir secara tidak teratur. Pemakaian marijuana yang berkepanjangan dapat mempengaruhi mental seseorang.
2. Shabu
Nama lain: meth, metamfetamin, kristal, kapur, es
MetJenis-jenis Narkoba Di Indonesia dan Efeknya yang Mematikanhamphetamine atau yang biasa kita kenal sebagai shabu adalah stimultan obat yang sangat adiktif, yang secara kimiawi mirip dengan amfetamine. Bentuknya putih, tidak berbau, pahit dan seperti kristal. Hasil survey BNN memperlihatkan shabu sebagai narkoba peringkat 2 yang paling sering dikonsumsi oleh masyarakat, yaitu 419.448 orang pekerja, 151.548 orang pelajar dan 189.799 orang rumah tangga.
Shabu dapat dikonsumsi dengan cara dimakan, dimasukan ke dalam rokok, dihisap dan dilarutkan dengan air atau alkohol, lalu disuntikan ke tubuh. Merokok atau menyuntikan shabu dapat memberikan efek yang sangat cepat pada otak dan akan menghasilkan euforia yang intens. Karena euforia tersebut dapat memudar dengan cepat, maka pengguna sering memakainya berulang kali.
Efek shabu
Efek jangka pendek
Sebagai stimulan yang kuat, shabu dalam dosis kecil sekalipun dapat meningkatkan insomnia dan menurunkan nafsu makan. Shabu juga dapat menyebabkan masalah jantung, termasuk detak jantung cepat, denyut jantung tak teratur dan peningkatan tekanan darah.Jika sudah dalam tahap overdosis, shabu akan menyebabkan kejang-kejang, peningkatan suhu tubuh dan kematian.
Shabu juga dapat meningkatkan jumlah neurotransmitter dopamine yang mengarah kepada tingginya tingkat kimia di otak. Dopamin terlibat dalam fingsi motorik terhadap rasa senang dan motivasi. Kemampuan shabu dalam melepasakn dopamin ke otak sangat pesat sehingga akan menghasilkan euforia mendadak dan singkat, sehingga para pengguna akan terus menambahkan dosisnya. Singkatnya efek shabu jangka pendek ialah:
Insomnia
Hilangnya nafsu makan
Euphoria dan sikap terburu-buru
Peningkatan respirasi
Denyut jantung cepat dan tak teratur
Hipertermia
Efek jangka panjang
Penyalahgunaan shabu dalam jangka panjang dapat menyebabkan banyak efek negatif seperti kecanduan kronis dan disertai dengan perubahan fungsional dan molekul di dalam otak. Toleransi efek kegembiraan pada shabu akan berkembang ketika digunakan berulang kali. Para pengguna akan selalu mengambil dosis yang lebih tinggi untuk mendapatkan efek yang diinginkan, sehingga hidup mereka akan terikat dengan obat tersebut. Ketika tidak mengonsumsi shabu, mereka akan mendapatkan gejala depresi, cemas, lelah, dan keinginan kuat untuk mengonsumsi obat.
Selain itu, penggunaan shabu telah terbukti memiliki dampak negatif terhadap sel-sel otak non-saraf yang disebut mikroglia. Sel-sel ini mendukung kesehatan otak dengan melindungi otak dari agen-agen infeksi dan menghapus neuron yang rusak. Jika terdapat kerusakan pada sel tersebut maka hal ini dapat meningkatkan seseorang terkena stroke yang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otak. Sebuah studi terbaru bahkan menunjukkan kejadian yang lebih tinggi dari gangguan Parkinson antara mantan pengguna shabu. Berikut ini adalah efek jangka panjang terhadap fisik dan mental:
Kecanduan
Efek psikologi seperti paranoia, halusinasi, dan aktivitas motorik berulang
Perubahan struktur dan fungsi otak
Menurunnya kemampuan berpikir dan kemampuan motorik
Melemahnya konsentrasi
Hilang ingatan
Perilaku agresif atau kekerasan
Gangguan suasana hati
Masalah gigi yang parah
Menurunnya berat badan
3. Ekstasi
Nama lain: E, X, XTC, inex
Jenis-jenis Narkoba Di Indonesia dan Efeknya yang Mematikan
Ekstasi adalah nama umum untuk 3,4-methylenedioxymethamphetamine (MDMA). Ekstasi adalah bahan kimia sintetis dengan efek kompleks yang meniru stimultan shabu dan senyawa halusinogen. Pada awalnya ekstasi dipatenkan oleh perusahaan farmasi Jerman, Merck, pada tahun 1910 dan digunakan sebagai obat untuk meningkatkan mood dan diet. Namun, pada tahun 1985, AS Drug Enforcement (DEA) melarang penggunaan obat ini karena potensinya sebagai agen perusak otak. Menurut BNN, shabu merupakan jenis Narkoba peringkat 3 yang paling sering dikonsumsi dengan jumlah pengguna sebanyak 302.444 orang pekerja, 140.614 orang rumah tangga dan 106.704 orang pelajar.
Efek ekstasi
Efek jangka pendek
Pengguna ekstasi biasanya akan merasakan efeknya 30 menit setelah mengonsumsi ekstasi yang diakibatkan oleh kombinasi stimulan dan sifat halusinogen termasuk efek hipertensi transien dan masalah dengan termoregulasi (agen peningkatan suhu tubuh).
Efek lainnya yang juga akan dirasakan pengguna yang dapat bertahan selama 6 jam ialah meliputi:
Menurunnya nafsu makan
Insomnia
Pusing dan demam
Keram otot
Tremor
Berkeringat dingin
Penglihatan buram
Meningkatnya denyut jantung
Tekanan darah meningkat
Menegangnya mulut, wajah dan dagu
Efek jangka panjang
Para peneliti percaya bahwa ekstasi dapat menyebabkan kebocoran serotonin di otak selama penggunaannya. Tanpa berfungsinya neurotransmitter, kondisi seperti depresi, kecemasan, insomnia dan kehilangan memori akan lebih mungkin terjadi. Kondisi ini akan dapat muncul dalam waktu yang lama, bahkan setelah penggunaan telah berakhir. Berikut adalah efek jangka panjang terhadap psikologi dan fisik:
Meningkatkan kecanduan
Serangan panik
Insomnia
Persepsi tak sadar
Ketidakmampuan untuk membedakan realita dan fantasi
Delusi paranoid
Depresi
4. Heroin
Nama lain: putaw, bedak, etep
Jenis-jenis Narkoba Di Indonesia dan Efeknya yang Mematikan
Heroin atau putaw adalah narkoba sangat adiktif yang diproses dari morfin, yaitu zat alami yang dari ekstrak benih biji tanaman poppy varietas tertentu. Heroin biasa dijual dengan berbentuk serbuk putih atau kecoklatan yang telah dicampur dengan gula, pati, susu bubuk atau kina. Heroin yang murni berbentuk serbuk putih yang sangat pahit dan biasanya berasal dari Amerika Selatan.
Komentar